Cari Blog Ini

Senin, 09 Juli 2018

SEJARAH KARTOGRAFI


Kartografi berasal dari kata yunani kuno Χάρτης chartes atau charax yang berarti selembar kertas papyrus dan graphein yang berarti menulis. Kartografi adalah pembelajaran dan praktik dalam membuat peta. Di dalamnya tergabung berbagai aspek yang mencakup ilmu pengetahuan (sceince), estetika (aesthetics), dan teknik dan berdiri di atas keyakinan bahwa kenyataan yang ada di sekitar kita (reality) dapat dimodelkan dalam berbagai cara yang memunkinkan informasi ruang (spatial) dapat dikomunikasikan secara efektif.

Masalah-masalah utama yang ada pada kartografi tradisional adalah :

·         Menentukan agenda peta dan memilih ciri dari objek yang akan dipetakan. Ini adalah hal yang penting dalam perbaikan peta (map editing). Ciri yang digunakan dapat merupakan ciri fisik (contoh : jalanan ) atau ciri abstrak (contoh : toponimi, bata wilayah).
·         Merepresentasikan bentuk permukaan (terrain) dari objek yang dipetakan pada media yang datar. Hal ini adalah urusan proyeksi peta (map projections).
·         Mengeliminasi ciri yang tidak dibutuhkan dari objek yang dipetakan dan tidak relevan dengan tujuan pembuatan peta. Hal ini dibahas pada bagian generalisasi peta (generalization).
·         Mengurangi kerumitan dari ciri yang akan dipetakan. Hal ini juga dibahas pada generalisasi.
·         Menata elemen-elemen pada peta sedemikian rupa untuk dapat memberikan informasi yang dibutuhkan kepada pembaca dengan baik. Hal ini dibahas dalam perancangan peta (map design).
Sejarah Kartografi
Peta yang paling tua masih diperdebatkan karena definisi peta sendiri tidaklah jelas dan karena beberapa artifak kuno yang dianggap sebagai peta bisa jadi merupakan sesuatu yang lain. Sebuah lukisan tembok yang mungkin menggambarkan kota kuno bangsa Anatolia yang bernama Çatalhöyük (dulu dikenal sebagai Catal Huyuk atau Çatal Hüyük) diperkirakan ada sejak 7000 SM (7th millennium BCE). Selain itu ada sebuah lukisan tembok yang dibuat oleh bangsa Minoa yang bernama "Rumah Sang Laksamana" (House Of The Admiral) yang diperkirakan dibuat pada 1600 SM yang menggambarkan sebuah komunitas pinggir pantai dalam perspektif oblique. Lalu ada juga sebuah ukiran peta kota suci bangsa Babylonia yaitu Nippur yang dibuat pada periode Kassite (abad 14-12 SM). Peta dunia tertua yang masih ada hingga sekarang adalah peta dunia buatan bangsa Babylonia yang dibuat pada abad ke 9 SM. Salah satunya menggambarkan Babylonia di sungai Euphrats yang dikelilingi oleh daratan Assyria, Urartu, dan beberapa kota lainnya yang juga dikelilingi oleh "sungai pahit" (bitter river, Oceanus) yang memiliki tujuh pulau disekitarnya. Pihak lain menggambarkan Babylon terletak lebih jauh lagi ke arah utara dari pusat dunia.

Bangsa Yunani kuno dan Roma juga membuat peta, dan peta terakhir yang mereka buat adalah Anaximander pada abad ke 6 SM. Di abad ke 2, Ptolemy membuat risalahnya tentang kartografi yang berjudul Geographia. Risalah ini mengandung peta dunia Ptolemy yang kemudian membuat masyarakat barat (Ecumene) mengenal dunia. Sejak abad ke 8, sarjana - sarjana dari Arab menerjemahkan hasil kerja para geografer Yunani (Greek Geographers) ke dalam bahasa arab.
Di masa Cina kuno, literatur geografis ada sejak abad ke 5 SM. Peta cina tertua yang masih ada berasal dari negara bagian Qin pada abad ke 4 SM pada masa Warring States Period. Di dalam buku Xin Yi Xiang Fa Yao yang diterbitkan pada 1092 oleh ilmuwan Cina Su Song, terdapat sebuah peta bintang dalam proyeksi silindris equidistant (equidistant cylindrical projection). Walaupun metode pemetaan tersebut sudah ada sebelum buku tersebut diterbitkan, pengaruh besar peta buatan Su Song tetap ada karena merupakan peta bintang tertua yang dicetak (printed form).

Bentuk awal kartografi di India memiliki lokasi bintang kutub (Pole Star) dan konstelasi lain yang digunakan. Peta ini mungkin sudah digunakan sejak awal Common Era untuk keperluan navigasi.
Mappa Mundi adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan peta dunia yang dibuat oleh orang-orang Eropa jaman pertengahan (Medieval Europeans). Setidaknya sebanyak 1.100 mappa mundi selamat dari jaman pertengahan (middle ages). Sebanyak 900 buah dari mappa mundi tersebut mengilustrasikan manuskrip, memiliki hubungan satu sama lain, dan sisanya merupakan dokumen yang berdiri sendiri.
Seorang geografer Arab, Muhammad Al-Idrisi, membuat atlas jaman pertengahan yang bernama Tabula Rogeriana pada tahun 1154. Beliau menggabungkan pengetahuan tentang Africa, lautan India, dan daerah timur jauh (Asia) yang dikumpulkan oleh pedagang dan penjelajah Arab yang informasinya merupakan warisan dari geografer terdahulu untuk membuat peta dunia paling akurat pada masanya. Peta buatannya merupakan yang paling akurat hingga 3 abad ke depan.

Pada jaman penjelajahan (Exploration Age) dari abad ke 15 hingga 17, kartografer-kartografer Eropa menyalin peta-peta yang sudah ada sebelumnya (sebagian sudah diberikan secara turun-temurun selama berabad-abad) dan menggambarkan peta mereka sendiri berdasarkan pengamatan yang dilakukan para penjelajah dan teknik survey yang baru. Penemuan kompas magnetik, teleksop, sextant, memberikan tingkat akurasi yang lebih tinggi. Pada tahun 1492 seorang kartografer Jerman, Martin Behaim, membuat globe bumi tertua dan masih ada hingga sekarang.

Johannes Werner memperbaiki dan mempromosikan proyeksi peta Werner (Werner map projection). Pada tahun 1507, Martin Waldseemüller memproduksi peta dunia globular dan 12 panel besar peta dunia yang bernama Universalis Cosmographia dan menggunakan nama Amerika untuk pertama kalinya. Seorang kartografer Portugal bernama Diego Ribero adalah penulis planisphere pertama dengan garis equator yang bergradasi (gradated). Kartografer Italia Battista Agnese membuat setidaknya 71 manuskrip atlas dari chart laut (sea charts).

Karena kartografi yang sudah sejak diketahui memiliki banyak kesulitan fisik, para pembuat peta sering mengambil bahan referensi dari hasil kerja kartografer dahulu tanpa mencantumkan nama sumber. Contohnya adalah salah satu peta Amerika Utara yang paling terkenal yaitu "peta berang-berang" (Beaver Map) yang dipublikasi oleh Hermann Moll pada tahun 1715. Peta ini adalah salinan sepenuhnya dari peta yang dibuat oleh Nicolas de Fer yang dibuat pada tahun 1698. Ternyata de Fer juga menyalin gambar-gambar yang pertama kali muncul dalam buku-buku yang dibuat oleh Louis Hennepin pada 1697 dan François Du Creux pada 1664. Pada abad ke 18, para pembuat peta mulai mencantumkan nama sumber dengan kalimat "After [pembuat asli] on the work"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar