Erosi adalah suatu proses dimana
tanah dihancurkan (detached)
dan kemudian dipindahkan
ke
tempat
lain oleh kekuatan air,
angin,
dan gravitasi
(Hardjowigeno, 1995). Secara deskriptif, Arsyad (2000)
menyatakan erosi merupakan akibat interaksi
dari faktor
iklim,
tanah, topografi,
vegetasi,
dan aktifitas manusia terhadap sumber daya
alam.
Erosi adalah fenomena geologis alami yang dihasilkan dari pengangkatan humus oleh faktor
alam seperti angin, air yang mengangkutnya di tempat lain
sementara beberapa kegiatan manusia dapat secara signifikan meningkatkan tingkat erosi. Ini adalah masalah pertanian utama dan juga salah satu masalah lingkungan global utama. (Reshma Parveen dan Uday Kumar, 2012)
Erosi tanah (soil erosion) terjadi melalui dua proses yakni proses
penghancuran partikel-partikel tanah (detachment)
dan
proses pengangkutan
(transport) partikel-partikel tanah yang sudah dihancurkan. Kedua proses ini terjadi
akibat hujan (rain) dan aliran permukaan (run off) yang dipengaruhi oleh berbagai
faktor
antara lain curah hujan (intensitas, diameter, lama dan jumlah hujan), karakteristik tanah
(sifat fisik), penutupan
lahan (land cover),
kemiringan lereng, panjang lereng dan sebagainya (Wischmeier dan Smith 1978, dalam Banuwa,
2008). Faktor-faktor
tersebut
satu
sama
lain bekerja secara simultan
dalam mempengaruhi erosi (Banuwa, 2008).
Mekanisme terjadinya erosi menurut Schwab (1999, dalam Nurpilihan,2011) diidentifikasikan menjadi tiga tahap yaitu (i) detachment (penghancuran tanah dari
agregat tanah menjadi partikel-partikel tanah); (ii) transportation (pengangkutan
partikel tanah
oleh
limpasan hujan atau
run
off dan (iii) sedimentation (sedimen/pengendapan
tanah tererosi); tanah
tererosi akan
terendapkan
pada cekungan-cekungan atau pada daerah-daerah bagian bawah.
Selanjutnya, Banuwa (2008), menyatakan bahwa kehilangan tanah hanya
akan terjadi jika kedua proses tersebut di atas berjalan. Tanpa proses penghancuran
partikel-partikel tanah, maka erosi tidak akan terjadi, tanpa proses pengangkutan, maka erosi akan sangat terbatas. Kedua proses tersebut di atas dibedakan menjadi empat sub proses yakni: (1) penghancuran oleh curah hujan; (2) pengangkutan oleh curah hujan;
(3)
penghancuran (scour) oleh
aliran permukaan; dan
(4) pengangkutan oleh aliran permukaan. Jika butir hujan mencapai permukaan tanah, maka partikel-partikel tanah dengan berbagai ukuran akan terpercik (splashed) ke segala
arah, menyebabkan terjadinya penghancuran dan pengangkutan partikel- partikel tanah. Jika aliran permukaan tidak terjadi (seluruh curah hujan terinfiltrasi), maka seluruh partikel-partikel yang terpercik akibat curah hujan akan terdeposisi di permukaan tanah. Selanjutnya jika aliran permukaan terjadi, maka partikel-partikel
yang terdeposisi tersebut akan diangkut ke lereng bagian bawah.
Hujan dengan drop size (ukuran butir-butir hujan) dengan kinetic energy dan
massanya akan memukul
agregat tanah sehingga hancur menjadi
partikel- partikel tanah; dan dengan mudah akan dibawa oleh limpasan hujan ke tempat- tempat yang
lebih rendah (sedimentation). Besar
dan kecepatan
limpasan hujan sangat
tergantung dari kemiringan tanah dan kapasitas infiltrasi (Nurpilihan, dkk.,2011).
Manik (2003) menyatakan bahwa
erosi merupakan
proses penghancuran,
pengikisan dan
pengangkutan
butir-butir tanah
atau bagian-bagian
tanah dari stau
tempat ke tempat lain oleh air
atau angin.
Kehilangan tanah ditempat erosi terjadi
adalah sebanyak tanah yang
terangkut dari tempat itu. Di daerah yang
beriklim
basah seperti di Indonesia, erosi terutama disebabkan oleh air yang merupakan hasil kerja dispersi butir-butir hujan dengan aliran permukaan. Laju erosi (E) dipengaruhi oleh factor-faktor: iklim(i); lereng
atau topografi (r); jenis dan tipe vegetasi (v); tanah (t); serta manusia (m), yang dirumuskan sebegai berikut: E = f (i,r,v,t,m).
Selanjutnya
Manik (2003) menyatakan bahwa dari faktor-faktor yang mempengaruhi laju erosi tersebut, faktor yang dapat diubah manusia adalah jenis dan tipe vegetasi (tumbuhan), sebagian dari sifat tanah (kesuburan tanah, ketahanan agregat, dan kapasitas infiltrasi), serta panjang lereng. Faktor yang tidak dapat atau
sulit diubah manusia
adalah iklim, tipe tanah, dan kecuraman lereng. Erosi tanah memberikan dampak di dua tempat, yaitu di tempat terjadinya
erosi (internal) dan di luar terjadinya erosi (external). Dampak internal berupa penurunan kesuburan dan produktivitas lahan, sedangkan dampak eksternal adalah terjadinya pencemaran perairan dan sedimentasi, yang menyebabkan pendangkalan
sungai, waduk, danau atau pantai.
Erosi internal adalah terangkutnya butir-butir
tanah primer ke bawah dan masuk ke dalam celah
celah
atau pori-pori tanah
sehingga tanah
menjadi kedap air
dan
udara. Erosi ini tidak menyebabkan kerusakan yang berarti, karena bagian bagian tanah tidak hilang atau pindah ke tempat lain. Akibat erosi ini adalah
menurunnya kapasitas infiltrasi tanah secara cepat sehingga
meningkatkan aliran permukaan yang
akan menyebabkan terjadinya erosi lembar atau erosi alur
(Susanto, 1992).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar