Metode USLE (Universal Soil Loss Equation)
Erosi tanah adalah masalah yang
berkembang terutama di bidang
kegiatan
pertanian di mana erosi tanah tidak hanya
menyebabkan produktivitas pertanian menurun tetapi juga mengurangi ketersediaan air. Universal Soil Loss Equation
(USLE) adalah model berbasis empiris yang paling populer digunakan secara global untuk prediksi erosi dan kontrol. Teknik penginderaan jauh dan GIS telah menjadi alat yang berharga khususnya ketika menilai erosi pada skala yang lebih
besar karena jumlah data yang diperlukan dan cakupan area yang
lebih besar.
(Reshma Parveen dan Uday Kumar, 2012)
USLE adalah model erosi yang dirancang untuk memprediksi rata-rata erosi
tanah dalam jangka waktu panjang dari suatu areal usaha tani dengan sistem
pertanaman dan pengelolaan tertentu (Wischmeier dan Smith, 1978).
Bentuk erosi yang dapat diprediksi adalah erosi lembar atau alur, tetapi tdak
dapat memprediksi pengendapan dan
tidak memperhitungkan hasil sedimen dari
erosi parit, tebing
sungai dan dasar sungai (Wischmeier dan Smith, 1978 dalam Arsyad, 200). Wischmeier dan Smith (1978)
juga menyatakan bahwa metode
yang umum diunakan untuk
menghitung laju erosi adalah metode Universal Soil Loss Equation (USLE). Adapun persamaan ini adalah:
A = R . K . L . S . C . P
Keterangan:
A : Banyaknya tanah tererosi dalam t ha-1 tahun-1
R : Faktor curah hujan, yaitu jumlah satuan indeks erosi hujan, yang
merupakan perkalian antara energi
hujan total
(E)
dengan intensitas hujan maksimul 30 menit (I30)
K : Faktor erodibilitas tanah, yaitu laju erosi per unit indeks erosi untuk
suatu tanah yang
diperoleh dari petak homogen percobaan standar,
dengan panjang
72,6 kaki (22m) terletak pada lereng 9% tanpa tanaman
L : Faktor panjang lereng 9% yaitu nisbah erosi dari tanah dengan
panjang lereng tertentu dan erosi dari tanah dengan panjang lereng
72,6 kaki (22 m) dibawah keadaan yang identik
S : Faktor kecuraman lereng, yaitu nisbah antara besarnya erosi dari suatu tanah dengan kecuraman lereng tertentu, terhadap besarnya
erosi dari tanah dengan lereng 9% dibawah keadaan yang identik
C : Faktor vegetasi penutup tannah dan pengelolaan tanaman, yaitu
nisbah
antara besarnya erosi dari suatu areal dengan vegetasi penutup dan pengelolaan tanaman tertentu terhadap besarnya
erosi
dari tanah yang identik tanpa tanaman.
P : Faktor tindakan konservasi tanah, yaitu nisbah antara besarnya
erosi dari tanah yang diberi
perlakuan tindakan konservasi
tanah
seperti pengelolaan
menurut kontur, penanaman dalam strip atau
teras terhadap besarnya erosi dari tanah yang
diolah searah lereng dalam
keadaan yang identik.
Dengan menggunakan kriteria
erosi dapat diketahui tingkat bahaya
erosi
yang terjadi di suatu daerah, dengan kriteria erosi. Data-data yang perlu dalam
pendugaan besarnya erosi menggunakan metode USLE ini adalah :
1. Data curah hujan
Data curah hujan dari stasiun
pengamatan hujan terdekat dengan lokasi penelitian, sekurang-kurangnya 10 tahun terakhir. Data curah hujan ini digunakan
untuk mengetahui faktor erosivitas hujan (R) melalui persamaan Bols (1978):
Dimana :
Rain = rerata curah hujan bulan (cm)
Days = jumlah hari hujan per bulan
Max = curah
hujan
maksimum selama 24 jam pada
bulan
yang bersangkutan.
Perhitung faktor erosivitas
hujan
(R)
yang lain
dapat
dihitung
dengan menggunakan rumus dibawah ini.
R =
(0,41 x H)1,09
Dimana H = curah hujan (mm/th).
2. Erosivitas Hujan (R)
Erosivitas hujan adalah jumlah satuan indeks
erosi hujan, yang
merupakan perkalian antara
energi hujan total (E) dengan intensitas hujan
maksimum 30
menit (I30),
tahunan (Arsyad, 2010).
Menurut Bols
(1978, dalam
Arsyad 2010),
Erosivitas merupakan kemampuan hujan untuk menimbulkan atau
menyebabkan erosi. Indeks erosivitas hujan yang
digunakan adalah EI30. Erosivitas hujan sebagian terjadi karena pengaruh jatuhan
butir-butir hujan langsung di atas permukaan tanah. Kemampuan air
hujan sebagai penyebab terjadinya
erosi adalah
bersumber dari laju dan
distribusi tetesan air hujan, dimana keduanya mempengaruhi besar
energi kinetik air hujan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa erosivitas hujan sangat berkaitan dengan energi kinetis atau momentum, yaitu parameter yang berasosiasi dengan laju curah hujan
atau volume hujan (Asdak,
1995). Persamaan yang umum
digunakan untuk
menghitung erosivitas adalah persamaan yang dikemukakan oleh Bols (1978)
dalam Hardjowigeno (1995). Persamaan tersebut adalah :
Keterangan :
EI30 = 6,119 R1,21 x D-0,47 x M0,53
EI30 : Erosivitas curah hujan bulanan rata-rata
R12 : Jumalh E130 selama 12 bulan
R : Curah hujan bulanan (cm) D
: Jumlah hari hujan
M : Hujan maksimum pada bulan tersebut (cm)
Cara menentukan besarnya
indeks
erosivitas hujan yang lain dapat
menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Lenvain (DHV,
1989) sebagai berikut
keterangan :
R : Indeks erosivitas
P : Curah Hujan Bulanan (cm)
R = 2,221 P 1,36
Cara menentukan besarnya
indeks
erosivitas
hujan
yang terakhir ini
lebih sederhana karena hanya memanfaatkan data curah hujan bulanan.
3. Erodibilitas Tanah (K)
Erodibilitas tanah (kepekaan erosi tanah), yaitu laju erosi per indeks erosi
hujan (R) untuk suatu tanah, yang didapat dari petak percobaan standar, yaitu petak percobaan yang
panjangnya 22,1 m terletak pada lereng
9 %, tanpa tanaman
(K = A/R) (Arsyad, 2010). Kepekaan erosi tanah ini sangat dipengaruhi oleh
tekstur, kandungan bahan organik, permeabilitas dan kemantapan struktur tanah.
Erodibilitas tanah merupakan jumlah tanah yang
hilang rata-rata
setiap
tahun per satuan indeks daya
erosi curah hujan pada sebidang tanah tanpa tanaman
(gundul), tanpa usaha pencegahan erosi, lereng
9% (5°), dan panjang lereng 22 meter (Hardjowigeno, 1995).
Faktor
erodibilitas tanah menunjukan kekuatan
partikel tanah
terhadap pengelupasan
dan transportasi
partikel-partikel tanah
oleh
adanya
energi kinetik air hujan. Besarnya
erodibilitas tanah ditentukan
oleh
karakteristik tanah
seperti tekstur tanah,
stabilitas
agregat tanah,
kapasitas
infiltrasi, dan kandungan bahan organik serta bahan kimia tanah. Metode penetapan
nilai faktor K secara cepat dapat dilihat pada
Tabel 2 dengan terlebih dahulu mengetahui informasi jenis tanah. Nilai faktor K juga dapat diperoleh dengan
menggunakan nomograf erodibilitas tanah seperti yang ditunjukan pada Gambar 1. Nomograf ini disusun oleh lima
parameter yaitu
%
fraksi debu
dan pasir sangat halus, %
fraksi pasir, %
bahan organik, struktur
tanah, dan permeabilitas
tanah (Purwowidodo,1999).
Besarnya nilai K
ditentukan oleh tekstur, struktur, permeabilitas, danbahan
organik tanah (Wischmeier et al., 1971). Penentuan besarnya nilai Kdapat dilakuk
an
dengan menggunakan nomograph ataurumus
Wischmeier etal. (1971) sebagai berikut:
Keterangan :
100 K = 1,292[2,1M1,14(10-4)(12-a)+3,25(b-2)+2,5(c-3)]
M : parameter ukuran butir diperoleh dari (% debu +
% pasir sangat halus)(100 - % liat)
a : %
bahan organik (% C x 1,724)
b : kode
struktur tanah
c : kode
kelas permeabilitas penampang tanah
Untuk kadar bahan organik > 6% (agak tinggi - sangat tinggi),angka 6% tersebut digunakan sebagai angka maksimum. Penilaian strukturdan permeabilitas
tanah masing-masing menggunakan Tabel 1 dan 2.
Tabel 1. Penilaian struktur tanah
No
|
Tipe struktur tanah
|
Kode penilaian
|
1
|
Granular sangat halus (very fine granular)
|
1
|
2
|
Granular halus (fine granular)
|
2
|
3
|
Granular sedang dan besar (medium, coarse
granular)
|
3
|
4
|
Gumpal, lempeng, pejal (blocky, platty, massif)
|
4
|
Sumber: Wischmeier et
al., 1971
Tabel 2. Penilaian kelas permeabilitas tanah
No.
|
Kelas permeabilitas tanah
|
Kode penilaian
|
1
|
Cepat (rapid)
|
1
|
2
|
Sedang sampai cepat (moderate to rapid)
|
2
|
3
|
Sedang (moderate)
|
3
|
4
|
Sedang sampai lambat (moderate to slow)
|
4
|
5
|
Lambat (slow)
|
5
|
6
|
Sangat lambat (very slow)
|
6
|
Sumber: Wichmeser et al. (1971)
4. Faktor Panjang Lereng (L) dan Kemiringan Lereng (S)
Faktor lereng
(LS) merupakan rasio antara tanah yang
hilang dari suatu
petak dengan panjang dan curam lereng tertentu dengan petak baku (tanah gundul,curamlereng 9%, panjang 22 meter, dan tanpa usaha pencegahan erosi)
yang
mempunyai
nilai
LS = 1. Menurut Weismeier
dan Smith
(1978) dalam
Hardjoamijojo dan Sukartaatmadja
(1992), faktor lereng dapat ditentukan dengan
persamaan :
keterangan :
LS
= │ │m (0,065 +
0,045
S + 0,0065 S2)
LS
= Faktor panjang dan kemiringan lereng
L = Panjang lereng (meter)
S = Kemiringan lahan (%)
m = Nilai eksponensial yang tergantung dari kemiringan
S < 1% maka nilai m = 0.2
S = 1 – 3 % maka nilai m = 0.3
S = 3 – 5 % maka nilai m = 0.4
S > 5% maka nilai m = 0.5
Menurut
Morgan (1979) faktor panjang dan kemiringan
lereng dapat
dihitung menggunakan rumus berikut:
Keterangan :
dengan LS
adalah
faktor panjang dan kemiringan lahan;
S adalah kemiringan lahan (%) L adalah panjang lereng (m)
Rumus tersebut berlaku untuklahan dengan kemiringan <22%,sedangkan untuk lahan dengan kemiringan lebih curam digunakan rumusGregory et al. (
1977) sebagai berikut:
dengan:
T = faktor topografi/ LS
λ = panjang lereng, dalam meter
m = 0,5 untuk lereng 5% atau lebih; 0,4 untuk lereng 3,5% -
4,9%; 0,3 untuklereng < 3,4% C = 34,7046 α = sudut
kemiringan lahan, dalam derajat.
Selain menggunakan rumus di atas, nilai LS dapat juga ditentukan menurut kemiringan lerengnya seperti ditunjukan pada Tabel 3 berikut .
Tabel 3. Penilaian kelas kelerengan (LS)
Kelas lereng
|
Kemiringan lereng (%)
|
Nilai LS
|
A
|
0 - 5
|
0.25
|
B
|
5 – 15
|
1.20
|
C
|
15 – 35
|
4.25
|
D
|
35 – 50
|
9.50
|
E
|
> 50
|
12.00
|
Sumber :
Petuntuk Pelaksanaan Penyusunan RTL-RLKT Jakarta (1986)
5. Faktor Tanaman (C)
Faktor pengelolaan tanaman merupakan rasio tanah yang tererosi pada suatu jenis pengelolaan tanaman terhadap tanah yang tererosi dengan pada kondisi permukaan lahan yang sama tetapi tanpa
pengelolaan tanaman atau diberakan
tanpa
tanaman. Pada tanah yang gundul (diberakan tanpa tanaman/petak baku) nilai C = 1.0. Untuk mendapatkan nilai C tahunan perlu diperhatikan perubahan- perubahan penggunaan tanah
dalam setiap tahun. Terdapat sembilan parameter sebagai faktor penentu besarnya nilai C, yaitu konsolidasi tanah, sisa-sisa tanaman, tajuk vegetasi, sistem perakaran, efek sisa perakaran dari kegiatan pengelolaan lahan,
faktor kontur, kekasaran permukaan tanah, gulma, dan rumputrumputan (Asdak, 1985).
Tabel 4. Perkiraan Nilai Faktor C Berbagai Jenis Penggugaan Lahan
NO
|
Pengelolaan tanaman
|
Nilai C
|
1
|
Ubi kayu + kedelai
|
0,181
|
2
|
Ubi kayu + kacang tanah
|
0.195
|
3
|
Padi + sorgum
|
0,345
|
4
|
Padi + kedelai
|
0,417
|
5
|
Kacang tanah+ gude
|
0,495
|
6
|
Kacang tanah + mulsa jerami 4 ton/ ha
|
0,049
|
7
|
Kacang tanah +kacang tunggak
|
0,571
|
8
|
Padi + mulsa jerami 4 ton/ha
|
0,096
|
9
|
Kacang tanah + mulsa jagung 3 ton/ha
|
0,120
|
10
|
Kacang tanah+mulsa crotalaria 3 ton/ha
|
0.136
|
11
|
Kacang tanah+mulsa kacang tanah
|
0,259
|
12
|
Kacang tanah + mulsa jerami
|
0,377
|
13
|
Padi + mulsa crotalaria 3 ton / ha
|
0.387
|
14
|
Pola tanam
numpang gilir 1 ] + mulsa jerami
6 ton /ha
|
0,079
|
15
|
Pola tanam berurutan 2 ]+ mulsa sisa tanam
|
0,347
|
16
|
Pola berurutan
|
0,498
|
17
|
Pola tanaman tumpang gilir + mulsa sisa
tanaman
|
0.357
|
18
|
Pola tanam
tumpang gilir
|
0,588
|
Sumber : Abdukrahman, dkk.
(1981) di dalam Hardjoamidjojo, S. dan
Sukartaatmadja S. (1992)
6. Faktor Usaha-usaha Pencegahan Erosi atau Konservasi (P)
Faktor praktik konservasi tanah adalah rasio tanah yang
hilang bila usaha
konservasi tanah
dilakukan
(teras, tanaman,
dan sebagainya) dengan tanpa adanya
usaha konservasi tanah. Tanpa konservasi tanah nilai P = 1 (petak baku). Bila diteraskan, nilai P dianggap sama dengan
nilai P untuk strip cropping, sedangkan nilai LS didapat dengan menganggap panjang
lereng
sebagai jarak horizontal dari
masingmasing teras.
Konservasi
tanah tidak hanya tindakan konservasi
secara mekanis dan fisik, tetapi termasuk juga usaha-usaha yang
bertujuan
untuk mengurangi
erosi
tanah. Penilaian
faktor P di
lapangan
lebih mudah apabila
digabungkan dengan faktor C, karena dalam kenyataannya kedua faktor tersebut
berkaitan erat.. Pemilihan atau penentuan nilai faktor CP
perlu dilakukan dengan hati-hati karena adanya variasi keadaan lahan dan variasi teknik konservasi yang dijumpai di lapangan.
Tabel 5. Perkiraan Nilai Faktor Berbagai Jenis Penggunaan Lahan
No.
|
Teknik Konserfasi Tanah
|
Nilai
p
|
1
|
Teras bangku
Sempurna
Sedang Jeleh
|
0.04
0.15
0.35
|
2
|
Teras tradisional
|
0.40
|
3
|
Padang rumput (permant
grass field)
a. bagus
b. jelek
|
0,04
0,40
|
4
|
Hill side ditch atau field pits
|
0,3
|
5
|
Countur croping
kemiringan 0-8%
kemiringan 9-20% kemiringan 20%
|
0,5
0,75
0,9
|
6
|
Limbah jerami yang digunakan
6 ton/ha/tahun
3 ton/ha/tahun
1 ton/ha/tahun
|
0,3
0,5
0,8
|
7
|
Tanaman perkebunan
Penutupan tanah rapat
Penutupan tanah sedang
|
0,1
0,5
|
8
|
Reboisasi dengan penutupan pada tahun awal
|
0,3
|
9
|
Strip cropping jagung- kacang tanah,sisa tanaman dijadikan
mulsa
|
0.5
|
10
|
Jagung-kedelai, sisa tanaman dijadikan mulsa
|
0,087
|
11
|
Jagung- mulsa jerami padi
|
0,008
|
12
|
Padi gogo-kedelai. Mulsa jerami padi
|
0,193
|
13
|
Kacang tanah-kacang hijau
|
0,730
|
Sumber :
Abdukrahman, dkk.
(1981) di dalam Hardjoamidjojo, S. dan
Sukartaatmadja S. (1992)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar