Cari Blog Ini
Rabu, 11 Juli 2018
Senin, 09 Juli 2018
BAJA
Baja adalah suatu jenis bahan bangunan yang berdasarkan
pertimbangan ekonomi, sifat, dan kekuatannya, cocok untuk pemikul beban. Oleh
karena itu baja banyak dipakai sebagai bahan struktur, misalnya untuk rangka
utama bangunan bertingkat sebagai kolom dan balok, sistem penyangga atap dengan
bentangan panjang seperti gedung olahraga, hanggar, menara antena, jembatan,
penahan tanah, fondasi tiang pancang, bangunan pelabuhan, struktur lepas
pantai, dinding perkuatan pada reklamasi pantai, tangki-tangki minyak, pipa
penyaluran minyak, air, atau gas.
1.1.1.
Keunggulan Baja Sebagai Bahan
Struktur
Beberapa keunggulan baja sebagai bahan struktur dapat
diuraikan sebagai berikut. Batang struktur dari baja mempunyai ukuran tampang
yang lebih kecil daripada batang struktur dengan bahan lain, karena kekuatan
baja jauh lebih tinggi daripada beton maupun kayu. Kekuatan yang tinggi ini
terdistribusi secara merata. The Kozai Club (1983) menyatakan kekuatan baja
bervariasi dari 300 Mpa sampai 2000 Mpa. Kekuatan yang tinggi ini mengakibatkan
struktur yang terbuat dari baja lebih ringan daripada struktur dengan bahan
lain. Dengan demikian kebutuhan fondasi juga lebih kecil. Selain itu baja
mempunyai sifat mudah dibentuk. Struktur dari baja dapat dibongkar untuk
kemudian dipasang kembali, sehingga elemen struktur baja dapat dipakai
berulang-ulang dalam berbagai bentuk.
Fabrikasi struktur baja dapat dilakukan di
bengkel-bengkel maupun pabrik dengan mesin-mesin yang cukup terkendali memakai
komputer, sehingga akurasi dan kecepatan produksi yang baik dapat dicapai.
Pengangkutan elemen-elemen struktur baja dari bengkel ke lokasi pembangunan
mudah dilakukan. Sangat jarang dijumpai kerusakan elemen struktur baja sebagai
akibat pengangkutan. Dua hal ini memberi keuntungan waktu pelaksanaan bangunan
menjadi singkat. Waktu pelaksanaan yang singkat ini secara teknis sangat
diperlukan dalam pembangunan struktur lepas pantai serta pelabuhan, sedang pada
bangunan gedung yang komersial dari sudut pandang ekonomi cukup menguntungkan,
karena bangunan yang dibuat dapat segera menghasilkan uang.
Penyambungan elemen struktur baja dapat dilakukan secara
permanen memakai las, .tanpa lubang-lubang perlemahan, sehinggga kekuatan
sambungan tidak banyak berubah dari kekuatan batang aslinya. Sekalipun kalau
ditinjau dari tegangan residu, sebagai akibat pendinginan yang tidak bersamaan
serta pengerjaan secara dingin, sebenarnya pada baja tersebut timbul tegangan
residu. Pekerjaan las yang kurang baik dapat mengakibatkan tegangan residu yang
cukup besar yaitu sekitar 45% dari tegangan leleh baja. Hal ini berarti bahwa
sebelum dibebani, elemen struktur sudah mempunyai tegangan, sehingga kemampuan
untuk memikul beban menjadi berkurang.
1.1.1.
Kelemahan Baja Sebagai Bahan
Struktur
Baja sebagai bahan struktur juga mempunyai beberapa
kelemahan. Salah satu kelemahan baja adalah kemungkinan terjadinya korosi, yang
memperlemah struktur, mengurangi keindahan bangunan, dan memerlukan beaya
perawatan cukup besar secara periodik. Matsushima dan Tamada (1989) menyatakan
bahwa pemeliharaan jembatan dengan pengecatan setiap 5 tahun akan memakan biaya
10 persen dari harga bangunan. Hal ini berarti bahwa biaya 50 tahun
pemeliharaan akan sama dengan biaya pembuatan jembatan baru.
Kekuatan baja sangat dipengaruhi oleh temperatur. Pada
temperatur tinggi kekuatan baja sangat rendah, sehingga pada saat terjadi
kebakaran bangunan dapat runtuh sekalipun tegangan yang terjadi hanya rendah.
Kendala berikutnya, karena kekuatan baja sangat tinggi maka banyak dijumpai
batang-batang struktur yang langsing. Oleh karena itu bahaya tekuk (buckling)
mudah terjadi.
Baja yang biasa dipakai untuk struktur rangka (frame)
bangunan adalah baja karbon (carbon steel) dengan kuat tarik sekitar 400 Mpa, sedang
baja dengan kuat tarik lebih dari 500 MPa sampai 1000 MPa disebut dengan baja
kekuatan tinggi (high strength steel). Baja kekuatan tinggi dengan kekuatan
500—600 MPa dibuat dengan paduan yang tepat ke dalam baja. Baja kekuatan tinggi
dengan kuat tarik 600 MPa atau lebih, dibuat dengan bahan paduan disertai
perlakuan panas (heat treatment).
Dalam banyak hal, fabrikasi struktur baja dilakukan
dengan las, agar tidak terjadi perlemahan akibat lubang baut. Oleh karena itu
baja struktural tidak hanya dituntut berkekuatan tinggi, tetapi juga harus
dapat dilas. Sayangnya semakin tinggi kekuatan baja, semakin sulit pengelasan
dilakukan.
Beberapa pengaruh komponen baja
terhadap sifat mekanis dan kemudahan pengelasan dapat diuraikan sebagai
berikut:
·
Karbon (C) adalah komponen
kimia pokok yang menentukan sifat baja. Semakin tinggi kadar karbon di dalam
baja, semakin tinggi kuat tarik serta tegangan leleh, tetapi koefisien muai
bahan turun, dan baja semaikn getas. Karbon mempunyai pengaruh yang paling
dominan terhadap sifat mampu las. Semakin tinggi kadar karbon menjadikan sifat
mampu las turun.
·
Mangan (Mn) menaikkan kekuatan
dan kekerasan baja dan sedikit menurunkan koefisien muai bahan, dan melawan
terhadap kegetasan yang ditimbulkan oleh sulfur.
·
Silikon (Si) meningkatkan
tegangan leleh, tetapi mengakibatkan kegetasan jika kadar terlalu tinggi (2%
atau lebih).
·
Pospor (P) dan sulfur (S)
meningkatkan kegetasan baja sesuai dengan peningkatan kadarnya. Keduanya
cenderung memisah keluar (segregate) dari baja
Faktor utama
pada kemudahan pengelasan adalah nilai ekivalensi karbon Ceq dari komponen
kimia dalam baja. Baja berkekuatan tinggi cenderung mempunyai nilai ekivalensi karbon
tinggi. Jika Ceq melampaui batas tertentu (Ceq=0,39—0,43), merosotnya sifat
mampu las dapat diatasi dengan pra pemanasan pada daerah yang akan dilas.
Ekivalensi karbon dapat dihitung dengan persamaan berikut, dengan satuan persen
berat:
Bahan baja yang dipergunakan untuk bangunan berupa baja
batangan dan plat. Penampang dari bahan baja biasanya disebut profil. Dalam
perdagangan baik profil maupun panjang batang sudah memiliki standarisasi.
Mengingat terbatasnya panjang batang yaitu maksimal 18 meter, maka untuk
keperluan batang konstruksi yang lebih dari itu perlu dibuatkan sambungan.
Selain untuk menambah panjang konstruksi, sambungan diperlukan pula untuk
menyatukan bagian-bagian konstruksi yang harus disatukan.
Macam-macam profil yang terdapat di pasaran antara lain
sebagai berikut :
1.
Profil baja tunggal
·
Baja siku-siku sama kaki
·
Baja siku tidak sama kaki (baja
T)
·
Baja siku tidak sama kaki (baja
L)
·
Baja I
·
Baja Canal
2.
Profil Gabungan
·
Dua baja L sama kaki
·
Dua baja L tidak sama kaki
·
Dua baja I
3.
Profil susun
·
Dua baja I atau lebih
Gambar 1.1. Macam Macam Baja Profil
1.
Pratt Truss
Kemiringan
atap = tg
, dimana h = tinggi kuda-kuda
L
= bentang kuda-kuda
2.
Hows Truss
3.
Pink Truss
4.
Modified Pink Truss
5.
Mansarde Truss
6.
Modified Pratt Truss
7.
Crescent Truss
a.
Baut
Pemakaian baut diperlukan bila:
1.
Tidak cukup tempat untuk
pekerjaan paku keling
2.
Jumlah plat yang akan disambung
> 5d (d diameter baut)
3.
Dipergunakan untuk pegangan
sementara
4.
Konstruksi dapat dibongkar
pasang
b.
Paku Keling
Sambungan paku keling dipergunakan pada konstruksi yang tetap.
Jumlah tebal pelat yang akan disambung tidak boleh > 6 d (diameter paku
keling). Beberapa bentuk kepala paku keeling yaitu paku yang dipergunakan pada
tiap pertemuan minimal menggunakan 2 paku dan maksimal 5 paku dalam satu baris.
Penempatan paku pada plat ialah: jarak dari tepi plat el.
c.
Las lumer
Ada 2 macam las lumer menurut bentuknya, yaitu:
1.
Las tumpul
2.
Las sudut
Berdasarkan pembagian fungsi dari masing-masing bagian
konstruksi kuda-kuda, dalam penyelesaian perencanaan perhitungan dapat dibagi
menjadi beberapa bagian, yaitu :
1.
Perhitungan dimensi gording
2.
Perhitungan dimensi batang
tarik ( trackstang )
3.
Perhitungan dimensi ikatan
angin
4.
Perhitungan dimensi kuda-kuda
5.
Perhitungan kontruksi perletakan
6.
Penggambaran
SEJARAH KARTOGRAFI
Kartografi berasal dari kata yunani kuno Χάρτης chartes atau charax yang
berarti selembar kertas papyrus dan graphein yang berarti menulis. Kartografi
adalah pembelajaran dan praktik dalam membuat peta. Di dalamnya tergabung
berbagai aspek yang mencakup ilmu pengetahuan (sceince), estetika (aesthetics),
dan teknik dan berdiri di atas keyakinan bahwa kenyataan yang ada di sekitar
kita (reality) dapat dimodelkan dalam berbagai cara yang memunkinkan informasi
ruang (spatial) dapat dikomunikasikan secara efektif.
Masalah-masalah utama yang ada pada kartografi tradisional adalah :
·
Menentukan agenda peta
dan memilih ciri dari objek yang akan dipetakan. Ini adalah hal yang penting
dalam perbaikan peta (map editing). Ciri yang digunakan dapat merupakan ciri
fisik (contoh : jalanan ) atau ciri abstrak (contoh : toponimi, bata wilayah).
·
Merepresentasikan bentuk
permukaan (terrain) dari objek yang dipetakan pada media yang datar. Hal ini
adalah urusan proyeksi peta (map projections).
·
Mengeliminasi ciri yang
tidak dibutuhkan dari objek yang dipetakan dan tidak relevan dengan tujuan
pembuatan peta. Hal ini dibahas pada bagian generalisasi peta (generalization).
·
Mengurangi kerumitan dari
ciri yang akan dipetakan. Hal ini juga dibahas pada generalisasi.
·
Menata elemen-elemen pada
peta sedemikian rupa untuk dapat memberikan informasi yang dibutuhkan kepada
pembaca dengan baik. Hal ini dibahas dalam perancangan peta (map design).
Sejarah Kartografi
Peta yang paling tua masih diperdebatkan karena definisi peta sendiri
tidaklah jelas dan karena beberapa artifak kuno yang dianggap sebagai peta bisa
jadi merupakan sesuatu yang lain. Sebuah lukisan tembok yang mungkin
menggambarkan kota kuno bangsa Anatolia yang bernama Çatalhöyük (dulu dikenal sebagai
Catal Huyuk atau Çatal Hüyük) diperkirakan ada sejak 7000 SM (7th millennium
BCE). Selain itu ada sebuah lukisan tembok yang dibuat oleh bangsa Minoa yang
bernama "Rumah Sang Laksamana" (House Of The Admiral) yang
diperkirakan dibuat pada 1600 SM yang menggambarkan sebuah komunitas pinggir
pantai dalam perspektif oblique. Lalu ada juga sebuah ukiran peta kota suci
bangsa Babylonia yaitu Nippur yang dibuat pada periode Kassite (abad 14-12 SM).
Peta dunia tertua yang masih ada hingga sekarang adalah peta dunia buatan
bangsa Babylonia yang dibuat pada abad ke 9 SM. Salah satunya menggambarkan
Babylonia di sungai Euphrats yang dikelilingi oleh daratan Assyria, Urartu, dan
beberapa kota lainnya yang juga dikelilingi oleh "sungai pahit"
(bitter river, Oceanus) yang memiliki tujuh pulau disekitarnya. Pihak lain
menggambarkan Babylon terletak lebih jauh lagi ke arah utara dari pusat dunia.
Bangsa Yunani kuno dan Roma juga membuat peta, dan peta terakhir yang
mereka buat adalah Anaximander pada abad ke 6 SM. Di abad ke 2, Ptolemy membuat
risalahnya tentang kartografi yang berjudul Geographia. Risalah ini mengandung
peta dunia Ptolemy yang kemudian membuat masyarakat barat (Ecumene) mengenal
dunia. Sejak abad ke 8, sarjana - sarjana dari Arab menerjemahkan hasil kerja
para geografer Yunani (Greek Geographers) ke dalam bahasa arab.
Di masa Cina kuno, literatur geografis ada sejak abad ke 5 SM. Peta cina
tertua yang masih ada berasal dari negara bagian Qin pada abad ke 4 SM pada
masa Warring States Period. Di dalam buku Xin Yi Xiang Fa Yao yang diterbitkan
pada 1092 oleh ilmuwan Cina Su Song, terdapat sebuah peta bintang dalam
proyeksi silindris equidistant (equidistant cylindrical projection). Walaupun
metode pemetaan tersebut sudah ada sebelum buku tersebut diterbitkan, pengaruh
besar peta buatan Su Song tetap ada karena merupakan peta bintang tertua yang
dicetak (printed form).
Bentuk awal kartografi
di India memiliki lokasi bintang kutub (Pole Star) dan konstelasi lain yang
digunakan. Peta ini mungkin sudah digunakan sejak awal Common Era untuk
keperluan navigasi.
Mappa Mundi adalah
istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan peta dunia yang dibuat oleh
orang-orang Eropa jaman pertengahan (Medieval Europeans). Setidaknya sebanyak
1.100 mappa mundi selamat dari jaman pertengahan (middle ages). Sebanyak 900
buah dari mappa mundi tersebut mengilustrasikan manuskrip, memiliki hubungan
satu sama lain, dan sisanya merupakan dokumen yang berdiri sendiri.
Seorang geografer Arab,
Muhammad Al-Idrisi, membuat atlas jaman pertengahan yang bernama Tabula
Rogeriana pada tahun 1154. Beliau menggabungkan pengetahuan tentang Africa,
lautan India, dan daerah timur jauh (Asia) yang dikumpulkan oleh pedagang dan
penjelajah Arab yang informasinya merupakan warisan dari geografer terdahulu
untuk membuat peta dunia paling akurat pada masanya. Peta buatannya merupakan
yang paling akurat hingga 3 abad ke depan.
Pada jaman penjelajahan
(Exploration Age) dari abad ke 15 hingga 17, kartografer-kartografer Eropa
menyalin peta-peta yang sudah ada sebelumnya (sebagian sudah diberikan secara
turun-temurun selama berabad-abad) dan menggambarkan peta mereka sendiri
berdasarkan pengamatan yang dilakukan para penjelajah dan teknik survey yang
baru. Penemuan kompas magnetik, teleksop, sextant, memberikan tingkat akurasi
yang lebih tinggi. Pada tahun 1492 seorang kartografer Jerman, Martin Behaim,
membuat globe bumi tertua dan masih ada hingga sekarang.
Johannes Werner
memperbaiki dan mempromosikan proyeksi peta Werner (Werner map projection).
Pada tahun 1507, Martin Waldseemüller memproduksi peta dunia globular dan 12
panel besar peta dunia yang bernama Universalis Cosmographia dan menggunakan
nama Amerika untuk pertama kalinya. Seorang kartografer Portugal bernama Diego
Ribero adalah penulis planisphere pertama dengan garis equator yang bergradasi
(gradated). Kartografer Italia Battista Agnese membuat setidaknya 71 manuskrip
atlas dari chart laut (sea charts).
Karena kartografi yang
sudah sejak diketahui memiliki banyak kesulitan fisik, para pembuat peta sering
mengambil bahan referensi dari hasil kerja kartografer dahulu tanpa
mencantumkan nama sumber. Contohnya adalah salah satu peta Amerika Utara yang
paling terkenal yaitu "peta berang-berang" (Beaver Map) yang
dipublikasi oleh Hermann Moll pada tahun 1715. Peta ini adalah salinan
sepenuhnya dari peta yang dibuat oleh Nicolas de Fer yang dibuat pada tahun
1698. Ternyata de Fer juga menyalin gambar-gambar yang pertama kali muncul
dalam buku-buku yang dibuat oleh Louis Hennepin pada 1697 dan François Du Creux
pada 1664. Pada abad ke 18, para pembuat peta mulai mencantumkan nama sumber
dengan kalimat "After [pembuat asli] on the work"
PENGERTIAN KARTOGRAFI
Pengertian kartografi
menurut para ahli adalah :
Menurut Taylor, mendefinisikan kartografi sebagai organisasi, presentasi,
komunikasi dan penggunaan geo-informasi dalam bentuk grafis, digital atau
format nyata. Hal itu dapat meliputi semua langkah-langkah dari persiapan data
sampai ke penggunaan akhir dengan penciptaan peta-peta dan hasil-hasil yang
terkait dengan informasi spasial. Dengan arti lain dikatakan kartografi adalah
pembuatan data spasial yang dapat diakses, menekankan visualisasinya dan
memungkinkan berinteraksi dengannya yang berhubungan dengan masalah-masalah
geospasial.
Menurut ICA, Kartografi adalah seni, pengetahuan teknologi tentang
pembuatan peta-peta sekaligus mencakup setudinya sebagai dokumen ilmiah dan
hasil kariya seni.
Menurut Rystedt B, kartografi adalah disiplin ilmu yang menyatukan antara
peta dan pemetaan. Kartografi menyatukan tampilan/representasi dari dua
fenomena geografi yaitu, geografi nyata dan virtual.
Kartografi adalah ilmu dan teknik pembuatan peta (Prihandito, 1989).
Kartografi adalah suatu tekhnik yang secara mendasar dihubungkan dengan
kegiatan memperkecil keruangan suatu daerah yang luas sebagian atau seluruh
permukaan bumi,atau benda-benda angkasa dan menyajikan dalam suatu bentuk yang
dapat mudah diobservasi ,sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
komunikasi.
Kartografi merupakan suatu seni, ilmu pengetahuan, dan teknologi
pembuatan peta. Secara umum, Kartografi adalah ilmu yang mempelajari tentang
perpetaan.
Jumat, 06 Juli 2018
GPS (Global Positioning System)
Pengertian GPS
Menurut (Winardi, 2006) adalah sistem untuk
menentukan letak di permukaan bumi dengan bantuan penyelarasan (synchronization)
sinyal satelit.
Sistem ini menggunakan 24 satelit yang mengirimkan sinyal gelombang mikro
ke Bumi. Sinyal ini diterima oleh alat penerima
di permukaan, dan digunakan untuk menentukan letak, kecepatan, arah, dan waktu. Sistem yang serupa dengan GPS antara lain GLONASS Rusia, Galileo Uni Eropa, IRNSS India.
Sistem GPS, yang nama aslinya adalah NAVSTAR GPS (Navigation
Satellite Timing
and
Ranging Global Positioning
System), mempunyai tiga segmen yaitu : satelit, pengontrol,
dan
penerima / pengguna. Satelit GPS yang
mengorbit bumi, dengan orbit dan kedudukan yang tetap (koordinatnya pasti),
seluruhnya berjumlah 24 buah dimana 21 buah aktip bekerja dan 3 buah sisanya
adalah cadangan.
Untuk dapat mengetahui posisi seseorang
maka diperlukan alat yang
diberinama GPS reciever yang berfungsi untuk menerima sinyal yang dikirim dari satelit GPS.
Posisi
di ubah menjadi
titik yang dikenal
dengan
nama Way-point
nantinya akan berupa titik-titik koordinat lintang dan bujur dari posisi seseorang
atau suatu lokasi kemudian di layar pada peta elektronik. Sejak tahun 1980, layanan GPS yang
dulunya hanya untuk leperluan militer mulai terbuka untuk publik. Uniknya, walau satelit-satelit tersebut berharga ratusan juta
dolar, namun setiap orang dapat menggunakannya dengan gratis. (Andy, 2009).
Satelit-satelit ini mengorbit pada ketinggian sekitar 12.000 mil dari
permukaan bumi. Posisi
ini
sangat ideal karena satelit dapat menjangkau area
coverage yang
lebih luas. Satelit-satelit ini akan selalu berada posisi yang
bisa
menjangkau semua area di atas permukaan bumi sehingga dapat meminimalkan terjadinya blank spot (area yang tidak terjangkau oleh satelit). Setiap satelit
mampu mengelilingi bumi hanya
dalam waktu 12 jam. Sangat cepat, sehingga
mereka selalu bisa menjangkau dimana pun posisi seseorang di atas permukaan
bumi.
Sistem Satelit GPS
Untuk menginformasikan posisi user, 24 satelit GPS yang
ada di orbit
sekitar 12,000
mil di atas kita. Bergerak konstan bergerak mengelilingi bumi 12
jam dengan kecepatan 7,000 mil per jam. Satelit GPS berkekuatan energi sinar matahari, mempunyai baterai cadangan
untuk menjaga agar tetap berjalan pada
saat gerhana matahari atau pada
saat tidak ada energi matahari. Roket penguat
kecil pada masing-masing satelit agar dapat mengorbit tepat pada tempatnya.
Satelit GPS adalah milik Departemen Pertahanan (Department of Defense)
Amerika, adapun hal-hal lainnya mengenai GPS ini:
a. Nama satelit adalah NAVSTAR
b. GPS satelit pertama kali adalah tahun 1978 c. Mulai ada 24 satelit dari tahun 1994
d. Satelit di ganti tiap 10 tahun sekali
e. GPS satelit beratnya kira-kira 2,000 pounds
f. Kekuatan transmiter hanya 50 watts atau kurang
Satelit-satelit GPS harus selalu berada pada posisi orbit yang
tepat untuk menjaga akurasi data yang
dikirim ke GPS reciever, sehingga harus selalu
dipelihara agar posisinya tepat. Stasiun-stasiun pengendali di bumi ada di Hawaii,
Ascension Islan, Diego Garcia, Kwajalein dan Colorado
Spring.
Stasiun
bumi tersebut selalu memonitor posisi orbit jam
jam satelit dan di pastikan selalu tepat
Sistem Koordinat GPS
Pengenalan tentang sistem koordinat sangat penting agar dapat
menggunakan GPS secara optimum. Setidaknya ada dua klasifiksasi tentang sistem koordinat yang
dipakai oleh GPS maupun dalam pemetaan yaitu: sistem koordinat
global yang biasa disebut sebagai koordinat geografi dan sistem koordinat di dalam bidang proyeksi
Koordinat geografi diukur dalam lintang dan bujur dalam besaran derajad
desimal, derajad menit desimal, atau derajad menit detikLintang diukur terhadap
equator sebagai titik nol (0° sampai 90° positif
kearah utara dan 0° sampai 90° negatif kearah selatan). Bujur diukur berdasarkan titik nol di Greenwich 0° sampai
180° kearah timur dan 0° sampai 180° kearah barat.
Koordinat di dalam bidang proyeksi merupakan koordinat yang
dipakai pada sistem proyeksi tertentu. Umumnya berkait erat dengan sistem proyeksinya,
walaupun adakalanya (karena itu memungkinkan)
digunakan koordinat geografi dalam bidang
proyeksi. Beberapa sistem proyeksi yang lazim digunakan di Indonesia di antaranya adalah : proyeksi Merkator, Transverse Merkator,
Universal Tranverse Merkator (UTM), Kerucut
Konformal. Masing-masing sistem tersebut ada
kelebihan dan kekurangan, dan pemilihan proyeksi umumnya
didasarkan pada tujuan peta yang akan dibuat. Dari beberapa
sistem proyeksi
tersebut, proyeksi Tranverse
Merkator dan proyeksi Universal Tranverse Merkator-lah yang banyak dipakai di Indonesia. Peta-peta produksi Dinas Hidro Oseanografi (Dishidros) umumnya
menggunakan proyeksi Tranverse Merkator
dengan sistem koordinat Geografi atau UTM atau gabungan keduanya. Sedangkan
peta-peta produksi Bakosurtanal umumnya menggunakan proyeksi UTM dengan
sistem koordinat UTM atau Geografi atau gabungan keduanya.
Sistem koordinat dalam bidang
proyeksi tidak dapat terlepas dari datum yang digunakan. Ada dua macam datum yang
umum
digunakan dalam perpetaan yaitu
datum horisontal dan
datum vertikal.
Datum horisontal dipakai untuk
menentukan koordinat peta
(X,Y) sedangkan datum vertikal untuk menentukan elevasi
(peta topografi) ataupun kedalaman (peta
batimetri). Perhitungan dilakukan dengan transformasi matematis tertentu. Dengan demikian transformasi
antar datum,
antar sistem proyeksi,
dan
antar sistem koordinat dapat dilakukan.
Untuk datum horisontal, peta
umumnya menggunakan datum Padang
(ID-74)
untuk peta-peta Bakosurtanal, dan
menggunakan datum Jakarta (Batavia) untuk
peta-peta Dishidros.
Langganan:
Postingan (Atom)